Mendefinisikan Fairness dalam Penilaian Kerja

Penilaian kerja itu penting. Mengapa? Karena penilaian merupakan apresiasi terhadap kontribusi seseorang di dalam sebuah perusahaan. 

Nyatanya ada benturan pada prinsip penilaian yang diterapkan dan eksekusinya.

Sekilas saya jadi tergelitik pada sebuah framework dalam penyelesaian masalah dimana ada dua pendekatan.

Pertama pendekatan pada level masalah solusi. Dalam tahapan ini, sebuah masalah langsung dicarikan solusi yang tepat secara langsung. 

Semisalkan masalah lapar, solusinya makan biar tidak lapar. Masalah haus solusinya  minum agar tidak haus. Masalah panas solusinya nyalakan AC biar tidak panas.

Pendekatan kedua adalah solusi pada tatanan prinsip atau hal yang lebih mendasar. Jadi solusinya tidak langsung tetap menyelesaikan, tetapi pada penyebabnya sehingga masalah simptom selesai.

Contoh sesorang yang lapar, maka tidak serta merta harus diberikan makan. Misalkan saat diurai ternyata isu-nya soal manajemen keinginan. Disebut lapar adalah saat diri tidak terpuaskan. 

Makan sudah dan cukup tetapi puasnya tidak sehingga masih tetap dalam kondisi lapar. 

Kalau lebih kasar, kenapa korupsi padahal kaya? Karena merasa masih kurang atau miskin dari keinginan. Jadi masalahnya adalah bukan kecukupan harta tetapi mindset merasa kurang atau miskin.

Sehingga solusinya bukan sekedar jawaban langsung tetapi sebuah perbaikan dari penyebab keadaan.

Semisalkan solusi manajemen waktu untuk masalah terlambat. manajemen pola makan untuk masalah lapar. Penanaman mindset hidup secukupnya dan perilaku jujur sebagai solusi korupsi.

Kembali kepada penilaian kerja. Apa ukuran seseorang dikatakan baik. Kalau dia mencapai target yang direncanakan? Bisa. Tapi semua orang bisa menetapkan ukuran terbaiknya atau ukuran yang sangat mungkin dicapai. Jadi semua orang bisa mencapai targetnya. 

Bagaimana kalau ada 5 anggota tim dan semuanya mencapai target semua? Apakah semuanya baik. Ya semua baik.

Sekarang ada prinsip kalau penilaian itu berdistribusi normal. maka 10% berada di nilai buruk, 40% cukup, 40% baik, dan 10% sangat baik.

Bila prinsip ini diterapkan maka 5 orang baik tadi akan membentuk 1 orang buruk, 3 orang cukup dan baik, terakhir 1 orang baik.

5 orang yang mencapai target dan baik sekarang nenjadikan 1 orang buruk dan 3 orang cukup.

Kira kira siapa yang akan keluar dari perusahaan karena menilai apresiasinya tidak sesuai harapan.

Apakah ada kesalahan penilaian? kesalahan pengambilan prinsip? kesalahan penerapan prinsip?

Sepertinya akan kembali ke nilai nilai yang diambil oleh perusahaan tersebut. Misalkan pertarungan antara nilai meritrokasi dan nilai well-being dalam perusahaan?

Belum lagi parameter lingkup nilai. ada sekumpulan orang tidak baik dalam pencapaian target dalam perusahaan tetapi tetap mendapatkan apresiasi karena prinsip distribusi normal tadi. Tidak baik diantara orang orang yang lebih tidak baik.

Atau saatnya mencari nilai nilai baru sebagai prinsip penilaian. Jangan biarkan ketidakbijakan menyebabkan orang lain menderita