Tahunya baru itu

Bayangkan kita berada di situasi di mana kita mengharapkan sebuah hasil yang sudah kita prediksi sebelumnya. Misalkan kita berharap bisa ke kantor tanpa harus kena macet. Atau kita berharap meminta bantuan pada seseorang dan orang tersebut mau melakukan apa ya kita harapkan. 

Atau bisa juga kita meminta seseorang untuk melakukan sesuatu namun yang dihasilkan belum sesuai dengan harapan dari kita. 

Tentu saja sebagai konsekuensinya kita bisa merasa kecewa atas hasil yang ada. 

hal ini adalah hal yang normal atau wajar karena setiap orang pasti memiliki ekspektasi. 

Di sisi lain kita perlu berpikir lebih bijak bahwa apa yang kita harapkan bisa saja belum dipahami oleh yang melakukan. 

Misalkan kita ingin cepat, pertanyaannya adalah cepat apa? Apakah 1 menit, 5 menit, 30 menit, satu jam, bahkan bisa satu hari. atau kita bisa menggunakan kata kualitatif lain seperti Bagus, indah, terstruktur, yang cenderung sangat subjektif dasarkan pemahaman kita. 

Di sisi lain kita bisa menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah apa yang dia pahami atas permintaan kepada mereka. Sehingga dapat dikatakan tahunya baru seperti itu. 

Sehingga tidak salah kalau apa yang dihasilkan juga seperti yang mereka tahu. 

Nah di sinilah butuh kehadiran seorang guru dari diri kita untuk memberitahu dengan cara terbaik sehingga orang tersebut menjadi tahu harapan dari apa yang mereka kerjakan. 

Seorang guru tidak akan marah tidak akan sedih tidak akan bosan untuk mengajari sehingga yang diajarkan paham dan mampu melakukan seperti yang diharapkan. 

Sisi lain mungkin bisa saja menjadi lahan intropeksi apakah kita sudah menyampaikan sebuah permintaan secara terukur yang dipahami oleh orang lain bisa diukur dan dipahami secara langsung. Misalkan kita ingin agar hasil pekerjaan disampaikan misalkan pada pukul 04.00 sore.