Target Itu yang Penting, Bukan Caranya

Saya pernah punya teman.

Orangnya disiplin. Terlalu disiplin.

Setiap pagi, jam enam tepat, dia lari keliling kompleks. Lima kilometer. Tidak boleh kurang. Tidak boleh lebih.

Sampai suatu hari, hujan deras.

Saya lihat dia tetap lari. Pakai jas hujan. Sepatunya basah.

“Kenapa nggak lari di treadmill saja?” tanya saya.

“Tidak sama,” katanya.

Esoknya, dia sakit.

Saya diam saja.


Tahun lalu, dia mengelola proyek besar. Targetnya jelas: 1.000 unit harus selesai dalam 6 bulan.

Tapi dia hanya mau pakai satu cara. Sesuai SOP.

Ketika bahan telat datang, dia tetap menunggu.

Ketika tenaga kerja kurang, dia tetap memakai sistem lama.

Tidak fleksibel. Tidak kreatif.

Hasilnya? Proyek gagal. Target meleset.

Saya diam saja.


Sampai akhirnya bosnya turun tangan.

Solusinya? Gampang.

Material bisa dialihkan dari cabang lain. Tenaga kerja bisa ambil dari proyek lain.

Hasilnya? Target tetap tercapai.

Saya tersenyum.


Kadang, jalan lurus memang baik. Tapi kalau ada batu besar di depan, lebih baik cari jalan lain.

Bukan masalah caranya. Yang penting: target tercapai.